Jumat, 29 Juni 2007
PMS ???
“Ta … kotak obat dimana ya ?”, setelah cukup lama mencari-cari mulai dari bawah kasur, di atas tumpukan baju, di meja makan, sampai di rak sepatu, akhirnya aku putuskan saja untuk bertanya dengan Tata.


“Kotak obat yang mana sih Vin ?” Tata menjawab dengan suara agak kesal sepertinya dia merasa terganggu dengan pertanyaanku. Padahal sakit ini sudah di ujung tanduk Tata malah pasang tampang jutek.


“Itu loh … yang kotaknya putih terus ada gambar plusnya warna merah, terakhir kan kemaren kamu yang pakai buat ngobatin anjing Si Rois yang keserempet motor mu” aku menjelaskannya dengan detail tentang kotak obat itu.


“Ooo .. kotak P3K? kayaknya ada di lemari depan deh Vin” akhirnya Tata menjawab dengan suara agak lembut, tapi tetap fokus pada buku didepannya.


“Duh kamu ya Ta, kluar deh o‘onnya! bedanya kotak P3K sama kotak obat apa coba?” sial nih anak malah bikin aku uring-uringan. Si Tata itu mata, mulut dan otaknya cuman bisa saling bekerjasama kalau ada cowok ganteng sama kalau lagi sibuk isi TTS.


Dan kalau sudah sore begini biasanya Tata suka sekali mengisi TTS, koleksi buku TTSnya juga sudah menumpuk di kamarnya.


Pernah aku bertanya pada Tata, “kenapa gak di buang aja buku TTS yang sudah selesai di isi”.
Tapi dengan santai dia malah menjawab “Jangan di buang, aku belinya pake uang, sayangkan ?”.
Huh … dasar Tata, dia memang temanku yang cantik, manis dan seksi pria mana yang tidak tertarik bila melihatnya. Tapi sayang, ada satu kelemahanya selain dia cantik, manis dan seksi, tapi dia juga jorok mungkin itu yang menyebabkan dia sampai sekarang belum juga memiliki pacar.


“Memangnya untuk apa sih kotak P3K itu ?”Ah … Tata ada-ada saja pertanyaanmu


“Ya .. buat cari obat lah Ta, masa buat cari lipstik sih” dengan sedikit kesal aku menjawab pertanyaan konyolnya.


“Hehehehe… iya aku lupa Vin, aku pikir kamu mau cari lipstik kamu yang hilang. Eh .. iya, tapi kayaknya stok obat sakit perut kita habis deh Vin” kini Tata, mulai tidak fokus dengan TTSnya.


“Aku bukan cari obat sakit perut, tapi aku cari obat sakit kepala” aku mencoba menjelaskan pada Tata.


“Obat sakit kepala? Yang sakit kepalamu Vin ?” Tata memperhatikan gelagatku.


“ho’oh, kepalaku yang sakit”.


Tata menggaruk-garuk kepalanya lalu turun bergerilya ke lubang hidung. Hehhehe … inilah salah satu bukti yang tadi aku bilang kalau temanku Tata, selain dia cantik, manis dan seksi tapi dia juga jorok.


“Kalau kepalamu yang sakit, kenapa sejak tadi perutmu yang kau pegang”. Tata tampak bingung melihat tingkahku yang aneh.


“hehehhe …. kepalaku memang sakit sekali Ta, tapi perutku juga mules” setelah aku mendapatkan obat yang aku cari, aku segera berlari ke ruang semedi alias WC.
Dan saat aku berlari melewati Tata “Priiettt…” udara yang keluar dari suatu tempat yang tersembunyi membuat gaduh.


“uuupsss !! maaf Ta, kelepasan”. Tata melemparku dengan bantal yang ada di sofa.


“Aseeeemmmm …. bau banget ! berapa hari gak kangen-kangenan ama WC sih Vin? bau banget!”


Dengan berlari kecil aku melihat Tata sibuk mengibas-ngibaskan buku TTS kesayangannya sampai lecek.


“Hirup sampai habis Ta…! ntar juga cepet hilang!” aku tertawa kecil sambil menahan rasa sakit


****


“Kepalamu masih sakit Vin ?”, Tata seperti khawatir dengan keadaanku. Satu lagi sifat Tata yang sangat aku suka, dia sangat perhatian dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.


“Masih Ta, akhir-akhir ini kepalaku suka pusing”. Aku duduk di samping Tata yang masih asik dengan buku TTSnya. “Mau gak Ta ?”, aku menyodorkan snack yang tadi siang aku beli di toko depan gang.


“Vin, kamu kok jadi sering pusing begini sih, terus kamu juga doyan banget ngemil sekarang”. Tata meletakan buku TTSnya, kali ini dia fokus sekali berbicara denganku.


“Iya neh Ta, aku juga gak tahu kenapa. Eh .. iya Ta, berat badanku juga naik 2 kilo lho ?” aku menyeringai senang. Tapi Tata malah menatapku dan memperhatikan aku dengan pandangan aneh. Ia mengamati dari ujung rambut sampai ujung jempol kaki untuk menemukan beberapa perubahan badanku.


“Iya Vin, badan kamu terlihat agak lebih berisi, pipi kamu juga tambah chubby, tuh kaki juga jadi bengkak”. Tata tertawa puas. Dia berhasil mengejekku dengen sebutan chubby. “Tapi Vin, kok tumben banget berat badanmu bisa naik 2 kilo”. Sepertinya Tata ragu dengan ucapanku tadi.


“Katanya uang kiriman dari kampung belum sampai? Kok kamu makmur gini sih??” Tata bertanya menyelidik. Sudah seperti detektif saja nih anak.


“Atau jangan-jangan lu…..” matanya sambil di putar- putar, mulai deh si Tata keluar pikiran liarnya.


“Kamu suka mual-mual gak Vin, pingin makan rujak gak ?” Tata mengejarku dengan pertanyaan-pertanyaannya. Dia seperti wartawan yang sedang mencari berita.


“Mual sih engga terlalu Ta, cuma aku pingin ngemil terus”. Entah ini sudah snack keberapa yang aku habiskan.


“Waduh Vin … jangan-jangan kamu ……, Kamu sudah diapain saja sama pacarmu itu ?”. Tata makin serius saja, dia duduk persis di bawah sofa yang aku duduki. Kalau sedang seperti ini Tata mirip Mbok Ijah, yang bekerja sebagai pembantu di rumah kost ini.


“Maksudmu, mas Andi Ta ? aku belum diapa-apain kok, aku kan baru pacaran 2 bulan sama dia, ya …. paling baru colak-colek saja” aku menjawab dengan gaya polosku.


“Wauuuuw…. Gilaa…. cowok macam apa ya mas Andimu itu Vin, baru colak-colek aja langsung tokcer?” Tata menggeleng-gelengkan kepalanya, sepertinya dia kagum pada mas Andiku


“Tokcer bagaimana maksud kamu Ta ?” aku jadi penasaran dengan maksud ucapan Tata. Aku jadi ikutan duduk di bawah, sambil terus mengunyah snack yang ada di tanganku.


“Iya Vin, kamu sama si Andi baru 2 bulan pacaran, tapi sekarang kamu sudah suka sakit kepala, mual-mual dan di tambah lagi berat badanmu naik 2 kilo”. Tata menjelaskan sambil berlagak seperti dokter ahli.


“Bulan ini udah haid belum? Biasanya kan jangka waktunya deketan sama masa haidku ?”. Tanya Tata mengingatkan.


“Ehmm… kayaknya sih belum, padahal ini sudah waktunya ! Emang kamu sudah ?” Jawabku sembari berharap perkiraan Tata tadi salah.


“Ya… belum Vin, ini tanggal berapa? Maksudnya kan sudah mendekati masa itu nah kebetulan pembalutku sudah habis he….he..he…” jawabnya enteng


“Sialan… aku kirain.. !aduhhh kamu ya… aku dah dengerin serius malah bercanda…! nebeng mulu nih kerjaannnya! makanya uang kiriman jangan dihabisin buat beli TTS”, tambah uring-uringan aku dibuatnya. Sementara si Tata cekikikan sendiri.


****


“Eh.. kalian pernah pergi ke musholah bareng kan?” Tanya tata.


“Duh kamu nih ya, mbok ya kalau tanya yang bener saja, Ya jelas seringlah kan kita sering jalan bareng. Mas Andi kan sholatnya rajin gak pernah telat dan tidak pernah lewat, ya … jelas seringlah aku sama dia ke musholah!”, semakin sensi saja aku dibuatnya.


“Pertanyaan model apa lagi ini? apa hubungannya dengan sakitku?” batinku ngedumel sendiri.


Sakit dikepalaku semakin menjadi. Akh …!! apa sih yang sedang dipikirkan oleh Tata, dari tadi pertanyaanya bikin penasaran, berputar-putar seperti abang becak yang sedang mencari alamat rumah tapi gak ketemu-ketemu. Lebih baik aku diam saja membiarkan si Tata memutar otak untuk mengajukan pertanyaan lagi. Kuhabisakan snack yang sejak tadi hanya aku pegang demi mendengarkan Tata bicara.


“Vin, aku tau… aku tau…!”. Tiba tiba Tata berteriak girang


“Apaan Ta?” Dengan dingin aku menjawab


“Serius nih.. ! dengerin dong? Ini kan demi kamu Vin..! aku kan cuma ngebantu menganalisa penyakitmu sebisaku”. Rengeknya memohon perhatianku dengan tampang melasnya.


“Apaan sih Ta..?! duh kalau kali ini kamu gak serius juga! Aku tinggal kamu, aku mau semedi lagi ke WC”. Dengan sedikit mengancam aku mau memperhatikan Tata. Keringat dingin sudah semakin banyak. Tapi Tata masih asik dengan analisisa-analisisnya yang tidak masuk di akal.


“Iya iya… ! sabar dong… aku kan masih harus ngatur nafas dulu!”, dasar Tata masih bisa juga dia bersikap konyol. Sambil mengatur nafasnya pelan-pelan, kubiarkan saja makhluk cantik, manis, seksi nan aneh binti ajaib ini berlaku sesukanya..


“Aku tau, aku tau… kenapa Andi bisa tokcer gitu Vin!” Dengan semangat ‘45 Tata mulai mengungkapkan kesimpulan hasil analisisnya.


“Kamu… kamu …. Kamu waktu dimusholah pasti pernah tukeran sandal sama Andi?, atau bakiak yang dia pake untuk wudhu kamu pake juga ? Ya .. ya… ya… Pasti itu sebabnya, kenapa kamu akhir-akhir ini suka sakit kepala, sedikit mual, terus doyan ngemil, dan badanmu naik 2 kilo?” jelasnya dengan muka sumringah seperti habis mendapat undian togel.


“Dasar o’on tingkat tinggi!!! apa hubungannyaaaaaaa??” teriakku kesal


“Nih aku kasih DP yang mau aku setor di WC! BRuuuttttttt……!” saking kesalnya, tidak ada lagi basa-basi pada temanku yang satu itu.


“Kali ini hirup dalam-dalam ya Ta..!” sambil berlari kencang karena perutku sudah mengejang dan tidak bisa lagi diajak kompromi.


Dan sesampainya di kamar mandi aku malah cengar-cengir, ternyata sakitku karena PMS (apa ya kepanjangannya?). Pantas saja dari kemaren perut sakit, kepala juga pusing, dan nafsu makanku meningkat He..he..he..he..


“Enteng….!” dengan lega aku keluar kamar mandi.

9Mei2007

Label:

 
posted by Duet Imoet at 20.16 | Permalink |


0 Comments: