Kamis, 27 Desember 2007
Bunting di Akhir Tahun 2007
Malam kian larut, sesekali terdengar suara petir sambar menyambar dan saling bersahutan. Hari ini tanggal 31 desember, tapi tak ada perayaan apa apa karena Vivin lupa membeli ayam dan arang. Sedangkan Tata kelihatannya lelah setelah sebulan ada kuliah tambahan di luar kota. Sepi... tak ada bau arang, para tetangga juga rupanya juga malas keluar rumah karna hujan turun begitu lebat.


"Kukur..ruyuuukk... ngok.. ngok....kukurr... kukurr....!" Aneh, ada suara Ayam berkokokpun mengalahkan suara hujan dan petir. Mbok Ijah bilang kalau malam-malam begini ada ayam jantan berkokok itu tandanya ada anak perawan yang sedang hamil. Ya .. mungkin mitos itu benar. Tapi pastinya bukan si perawan imoet yang hamil.

Jam di dinding menunjukan pukul sembilan lewat tiga puluh menit lebih sedikit. Tata sudah asik di dalam kamarnya, ia asik berkutat dengan TTSnya. Sementara Vivin masih sibuk dengan sms-sms yang masuk ke ponselnya. Sedangkan Mbok Ijah sudah masuk ke alam mimpi tempo dulunya.

“Took ... tok ... tok ...” suara pintu kostan duet imoet di gedor dengan keras

“Tok ... tok ....” semakin keras, rusuh dan tergesa, seperti perampok kebelet pipis yang berniat menggondol barang yang ada di dalam rumah.

Tata dan Vivin bersamaan keluar kamar, tampang mereka yang kusut mampu membuat siapa saja yang melihat semakin gemas.

“Siapa sih Ta ? Malam-malam begini kok bertamu, ganggu istirahat orang aja” Vivin yang agak tempramen mulai geram.

“Huaaa ... aku gak tau Vin, paling rampok” jawab Tata sekenanya sambil menguap menahan kantuk yang teramat sangat.

“Tok ... tok .... “ suara ketukan terdengar lagi. Kini Mbok Ijah ikutan bangun dia hanya mamakai daleman kebayanya yang berbentuk seperti kutang nenek-nenek.

Ketiga wanita penghuni kostan Pak totok mulai sedikit panik, masing-masing memegang benda yang mungkin bisa di gunakan untuk membela diri.

“Tokkk .. tokk .. ! aduuuhh .. tooolooongg … Mbak Vivin … Mbak Tata .. tolong saya … aduuuhhh … huh ..huh … “ kali ini ketukan pintu diikuti suara seorang wanita yang teriak-teriak sambil sesekali merintih.

Ketiga wanita yang berada di dalam rumah saling berpandangan, spontan saja benda yang tadinya hendak mereka gunakan untuk membela diri langsung mereka lempar dengan sembarangan. Lalu Vivin yang gesit langsung membukakan pintu sementara Tata dan Mbok Ijah membuntutinya di belakang.

“Ya ... ampun … Mbak Inah kenapa ? kok perutnya gede begini? Kembung ya ?” Tata yang suka sok lugu mencoba berkomentar. Sementara si mpunya perut tak mengacuhkan pertanyaan Tata, dia sibuk memegangi perutnya yang besar.

“Aduuh … Neng Tata, plis deh ini bunting namanya” Mbok Ijah menyahuti pertanyaan bodoh Tata

Tata, Vivin dan Mbok Ijah dengan gesit segera memapah Mbak Inah ke sofa yang ada di ruang tengah. Ketiganya diserang kepanikan, sementara Mbak Inah terus teriak kesakitan sambil sesekali mencoba mengatur ritme nafasnya.


“Aduuhh .. Mbak .. aduuh Mbok .. kayaknya saya mo ngelahirin neh, haduuuhhh sakiiit gak kuat ! huh ..huh .. !" Mbak Inah terus berteriak, keringatnya bercucuran, nafasnya tersengal-sengal, gerakan tubuhnya belingsatan gak bisa diem kayak cacing kedinginan.

“Yeee … Mbak Inah gimana sih ?! udah tau mo ngelahirin, kok malah lari ke kostan kita, bukannya ke dukun beranak” ujar vivin sedikit ketus karena panik melihat keadaan Mbak Inah

“Ho oh nih .. bikin kita takut aja” Tata mengipasi Mbak Inah dengan buku TTSnya. Saking paniknya Tata tidak sadar kalau kipas yang dia gunakan adalah TTSnya yang baru saja dia beli sore tadi. Kalau nanti dia sadar pasti bakal teriak keras melebihi teriakan Mbak Inah yang mules- mules.

“Neng Tata … Neng Vivin .. udah jangan pada marah-marah, mending kita bantuin aja, biar gini-gini si Mbok pernah jadi asisten dukun beranak. Insyaallah si Mbok bisa bantu” Mbok Ijah segera merebahkan badan Mbak Inah di sofa. Tata dan Vivin makin panik, perut mereka ikutan mules.

“Aduuuhh … Mbok … sakiiiittt Mbookkk … tooolloooonggg … !! Mas Imron .. tolooong Mas .. huuh ..huh .. “ Mbak Inah makin belingsatan kayak orang kesurupan, dia teriak-teriak memanggil suaminya.

“Mbak emang Mas Imronnya kemana? Kok gak keliatan batang idungnya” Vivin celingak celinguk keluar rumah mencari sosok seorang Mas Imron suami kesayangan Mbak Inah.

“Haduuhh … anu Mbak Vin, si Mas lagi dinas ke Madura … kemarin sore berangkatnya … huh ..huh .. “ Jawab Mbak Inah sambil menahan rasa sakitnya. Mbok Ijah sudah mulai siap siaga, kaki Mbak Inah di buka lebar-lebar supaya anak yang ada di dalam perut Mbak Inah mau cepet keluar.

Tata dan Vivin memegangi tangan Mbak Inah yang gak bisa diem, barusan vas bunga yang ada di meja di ambil dan di banting seenaknya. Tata sempet ngomel tapi langsung mereda karna teriakan Mbak Inah memenuhi seluruh ruangan itu.

“Huh … dasar suami tidak bertanggung jawab, udah tau bininya lagi hamil tua, eehhh … malah di tinggal ke Makasar.” Tata mulai sewot lagi, Vivin yang berada di samping Tata hanya manggut-manggut.

"Huh.. huuuh.. Madura Mbak.. bukan Makassar.. huh. huuuuh.." Mbak Inah mengoreksi ucapan Tata sambil terus menahan sakit yang amat sangat.

"aduh... aduh... adoouuwww.... huh.. huh...!" Mbak Inah terus berteriak kesakitan sambil memegangi perutnya, Mbok Ijah mulai menuntun Mbak Inah untuk mengatur napasnya dan memberi aba-aba kepada Mbak Inah untuk mulai mengedan.

"Nyebutt mbak, nyebut... nyebut..." saran Tata sok religius.

"Nyebuttttttttttttttt... nyebuuutttttttttttt!" Teriak mbak Inah. Rupanya mbak Inah sudah kepayahan berpikir.

*****

Dua jam sudah berlalu tapi mbok ijah belum berhasil mengeluarkan dede' bayi yang lagi ngumpet di kantong rahim mbak Inah. Keringat Mbok Ijah berlarian di dahi dan kebayanya sudah kuyup. Air hangat yang tadi disediakan untuk membantu prosesi kelahiran juga sudah mulai dingin. Tata dan Vivin mulai gusar, takut kalau adik bayi susah keluar karna belum ada jalur busway.

Mbok Ijah komat kamit mirip dukun yang biasa dilihat di tipi tipi kelir, ia membebat kepalanya dengan kain selendang yang dulu ia pakai jika sedang bertugas jadi dukun bayi. Tak lupa ia menyelipkan sirih ganja ke dalam mulutnya lalu menyembur-nyemburkan ampasnya kebagian perut Mbak Inah. Katanya sih untuk mengurangi rasa sakit dan memperkuat kontraksi supaya lebih lancar.

"Mbok.. masih lama ya?" akhirnya Vivin bertanya juga. Karna dilihat Mbok Ijah juga sudah kepayahan.

"Tenang Neng... bentar lagi kayaknya. Si dedenya bandel nih..! betah banget didalem. banyak maenannya kali ya?" Ucap Mbok Ijah asal.

"Aduh... Mas Imron... Imron..! huh.. huh.. huh...!" Mbak Inah terus saja berteriak-teriak memanggil nama suaminya itu.

"Tenang mbak.. sabar.. bentar lagi..!" Vivin mencoba menenangkan Mbak Inah.

Mbok Ijah memijat mijat perut Mbak Inah sambil sedikit mendorong. Sedangkan sesekali Vivin mengelap keringat Mbak Inah dan Mbok Ijah yang semakin deras mengucur.

"Teruss.. Mbak.. terus mbak.. ngedennn ngedennya dikuatin. Jangan nunggu Mas imron dateng mbak...!" ucap Vivin sok tau. Dan teriakan Mbak inah semakin kencang karena ucapan Vivin itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.55 dan kost-an pak totok masih brisik. Dipenuhi suara suara menyeramkan. Untung saja para tetangga masih asyik lelap di bawah selimutnya masing masing.

"Ow... ow.... ow.. oweek... ngak.. ngak.. ngak......!teng.. teng.. teng.. teng..." bayi itu akhirnya keluar dan menangis keras sekali, mengalahkan teriakan ibunya. Pas ketika pak satpam perumahan mendentingkan tiang listrik dua belas kali. Kali ini Tata langsung berlari tergopoh gopoh menuju ruang tengah tempat berlangsungnya persalinan Mbak Inah.

"Selamat Tahun Baru semua..!"teriak Vivin kenceng berusaha mengalahkan suara dede' bayi.

"Sudah ya...! suara kenceng banget...!"tanya Tata sambil berteriak.

"Iya... lu gak liat apa... nih bayi masih merahh...!" jawab Vivin tak kalah keras. Mereka berdua bercakap cakap dengan berteriak karena bayi yang baru lahir itu brisik sekali.

"Wah ini bayi lahir tanggal 1 Januari 2008 atau 31 Desember 2007 ya?"tanya Tata keras-keras.

Tata dan Vivin berdebat masalah waktu kelahiran si jabang bayi yang ternyata berkelamin laki- laki itu.

"Sapa nih Vin.. yang bakal ngadzani? nunggu bapaknya keburu telat. Kamu tadi dah teriak selamat tahun baru dikupingnya!" tanya Tata gelisah.

"Aduh iya ya... tadi reflek aja tuh teriak gitu... lupa... klo lagi gendong dede'! jawab vivin berusaha ngeles.

*********

Selagi mereka berdebat soal tanggal dan siapa yang bakal mengadzani bayi laki lai itu diluar terdengar suara ribut ribut. semakin lama suara itu mendekat ketempat kost-an duet imoet. Malam itu menjadi mencekam suara Tata dan Vivin pun tenggelam perlahan.

"Tok.. tok.. tok... mbok....!!! Mbak Vivinnnnnnnnn Mbak Tataaaaaaaaa!" suara diluar begitu ribut.


"Assalamualaikum .... Mbak Vivin ... Mabk Tata ... tolong buka pintunya! ini saya Pak RT" Suara Pak Rt terdengar kencang tapi berwibawa, sementara suara-suara di belakang Pak RT amat sangat rusuh dan tak terkendali. Suara-suara mereka sudah seperti buruh yang satu tahun belum digaji.

"Aduuhh ... ada apa ini?" Vivin yang masih bingung dengan keadaan di dalam rumah, kini makin panik karena kerusuhan di luar. Mbok Ijah kini mulai membersihkan dede bayi yang baru saja lahir dan Mbak Inah tertidur karna masih keletihan.

"Iya ...iya ... Waalaikumsalam" Vivin segera bergegas membuka pintu, dan Tata menemani sambil berdiri di belakangnya.

Spontan saja Tata dan Vivin kaget dengan apa yang mereka lihat. Hampir seluruh warga yang berada di sekitar kostan mereka, malam ini kumpul semua di halaman kostan mereka. Ada Pak Rt yang di buntuti dengan Bu Rt, ada Pak Madun dan anaknya yang terkenal tampan di daerah sini, ada Pak Rudi yang biasanya gak pernah kumpul sama warga, ada Pak Tukino si tukang jagal, ada Pak Waryo yang hoby ternak buruk dara, dan masih banyak lagi Bapak-bapak dan beberapa kaum Ibu yang ikut berkumpul di depan kostan milik Pak Totok.

"Wah ... wah ... rame sekali? Ada apa? Tumben berkunjung ke kostan kami. Mo bikin acara Tahun baruan" Sapa Tata yang sewot melihat banyaknya orang didepan pagar Kost-an.

"Huuuuhhh .... pura-pura gak paham lagi !!" teriak para Ibu-ibu yang memang suka lebih rusuh dibanding Bapak-bapak. Maklum saja Ibu-ibu di lingkungan sini memenag terkenal kompak, saking kompaknya mereka menyoraki Tata dan Vivin secara bersamaan dan membabi buta *halah berlebihan.

"Usir mereka... usir pembuat rusuh....!" Ibu ibu itu berteriak tak terkendali. celotehnya menyeramkan apa salah duet imoet kok malah diusir.

"Tenang .... tenang ... Ibu-ibu, kita jangan bersikap seperti anak-anak" Suara Pak RT yang lantang berusaha mencoba menenangkan.

"Iya .. tenang Ibu-ibu ... ini sudah malam tolong jangan rusuh" Tata mulai agak emosi, mungkin karena pengaruh rasa capeknya. Vivin langsung mencubit pinggang Tata seraya memberi kode supaya Tata jangan bicara seenaknya di depan orang-orang yang berada di depan mereka.

Mereka sangat heran ada apa warga ngelirik kostan mereka, apa salah dan dosa yang sudah diperbuat. Mana pakaian yang dipakai gak sopan ada yang pake' baju kutang duh dah pada belekan semua. Kalau di depan cowok-cowok cakep si gakpapa *halah

"Jadi begini Mbak Tata ... Mbak Vivin. Mohon maaf sebelumnya kalau kami mengganggu istirahat Mbak berdua" Pak Rt mulai angkat bicara. Mo tau gak Pak RTnya mantan coverboy loh.

"Iya ... gak papa. Ada apa yak Pak?" Tanya Tata gak sabar.

"Beberapa jam yang lalu saya dan beberapa warga mendengar ada suara ribut-ribut di kostan kalian" kini Pak Waryo ikutan bicara.

Beberapa bulan yang lalu rumah Pak Waryo juga pernah disatroni warga seperti ini, penyebabnya adalah burung-burung dara milik Pak Waryo. Saat itu warga minta supaya Pak Waryo membasmi burung-burung daranya, karena takut kena flu burung. Tapi saat itu pak Waryo menolak keras, karena dia menjamin kalau burung-burung daranya gak mungkin kena flu.

"Lah wong tiap hari saya mandikan pake air hangat, gak pernah keluyuran malam-malam, dan burung-burung saya juga rutin minum vitamin, jadi ndak mungkin kena flu" begitu kata Pak Waryo saat itu.

Memang di situ warganya peduli terhadap sesama dan hal sekecil apapun pasti seluruh warga akan tahu. Termasuk kejadian malam ini.

"Keributan apa Pak? keributan seperti apa? sejak sore tadi kami gak pasang musik keras-keras, kami juga gak berantem, dari tadi kami adem ayem" Jawab Tata sambil melirik Vivin, dan Vivin pun mengangguk membenarkan ucapan Tata.

"Bukan begitu, jadi begini. Tadi kami mendengar suara wanita teriak-teriak bilang Aduh, seperti orang sedang disiksa." Kembali Pak Rt menjelaskan.

Tata dan Vivin saling adu pandang lalu hanya diam, sehingga membuat para warga makin penasaran dan sedikit kembali rusuh.

"Tenang ... tenang ... ! jangan pada ribut begini, kalem jangan katro!" teriak Pak Tukino sambil mengajungkan goloknya. Sepertinya dia lupa meletakan goloknya sehabis menjagal.

"ow.. ow.. owek...ngok.. ngok..." bayi Mbak Inah menangis keras.

Para warga dan pak RT langung diam mencoba menangkap suara tangis itu. wajah mereka berkerut dan sok serius.

"Mbak.. ada bayi ya? bayi siapa?" tanya Pak Tukino hampir berbisik.

"Oh.. eh.. iya bayi.. bayinya Mbak Inah barusan aja lahir. Disini, di kostan kami" jawab Vivin.

Akhirnya Tata dan Vivin harus menceritakan kejadian yang barusan mereka alami di kost-an mereka. Tahun baru yang menggemparkan tak ada petasan, tak ada konvoi, tak ada pesta. hanya ada kelahiran jabang bayi laki laki tepat jam 12 malam waktu Kost-an duet imoet. Dan malam itu seluruh warga bermalam tahun baru di kost-an duet imoet sambil buat pengajian kecil untuk si dede'. Oiya.. si dede' akhirnya diadzani oleh Mas Bayu yang kebetulan juga ikut berdemo. Tata akhirnya gagal beristirahat, dan ia lupa pada rasa capeknya. Akhir tahun yang melelahkan tapi besok pagi pasti akan cerah karna tahun sudah berganti dan ada kelahiran manusia kecil pembawa berkah. Selamat Datang 2008, Selamat Datang dede' Kecil....!!

Label:

 
posted by Duet Imoet at 01.23 | Permalink | 0 comments