Jumat, 27 Juli 2007
Mas Bayu Guru Ngaji

Siang ini udara sangat panas sekali, kebetulan penghuni kostan milik Pak Totok sedang berada di rumah. Tata dan Vivin sedang asik duduk di teras depan menikmati panas dengan bergaya sok berjemur di pinggir pantai, lengkap dengan kacamata hitam dan kain bali. Bedanya mereka berdua gak pakai bikini.


“Neng Tata, Neng Vivin ... Si Mbok bikin rujak nih, kita ngerujak sama-sama yuk” Mbok Ijah muncul dari dalam rumah sambil mambawa baskom kecil serta cobek yang berisi sambal rujak.


“Mbok Ijah tau aja yang kita mau..! ya gak Vin” Tata melirik Vivin seraya mengerlingkan matanya yang bulat dan indah.


“Ho oh,” jawab Vivin singkat. Vivin mulai asik dengan rujak buah dan sambal rujakan hasil olahan tangan keriput Mbok Ijah


“Tin ... tin...” terdengar suara klakson vespa milik Mas Bayu yang tak lain adalah anaknya Pak RT yang tinggal tak jauh dari kostan yang di huni Tata dan Vivin.


“Mas Bayu... woi...!” suara teriakan Tata menghentikan langkah Mas Bayu yang hendak membuka pintu pagarnya. Lalu dengan sigap Mas Bayu menghampiri dua perempuan imut dan satu perempuan mantan imut.


“Wah lagi pesta ya? Seru amat? Berdua aja neh!” Tanyanya sambil tangannya bergerilya mengambil irisan mangga muda.


“Enggak mas... berame rame..! dah tau ada Mbok Ijah, dia kok ndak diitung?” Tata yang sedang kepedasan menjadi sewot melihat tingkah Mas Bayu yang asal comot.


“Lagi pada ngapain neh, tumben pada ngumpul di teras” Mas Bayu mencoba berbasa-basi, tapi sayang basa-basinya lagu lama, dah tau ketiga cewek penghuni rumah Pak Totok sedang asik rujakan, pake pura-pura tanya segala.


“Mas.. klo nyoba'in rujaknya Mbok Ijah baca Bismillah dulu. Jangan asal comot gitu. Ntar kena pelet baru rasa lu..!” Vivin mulai Jail. Sementara Mbok Ijah hanya cengar-cengir seraya memamerkan giginya yang putih bersih, rapih dan belum ada satupun yang tanggal.


“Iya .. Vin makasih dah diingetin. Bismillahhirohmannirohim” Mas Bayu pun mencoba menyicipi rujak buah buatan Mbok Ijah. Vivin, Tata dan Mbok Ijah cekikikan melihat wajah Mas Bayu yang sok serius itu.


“Be te we (BrEkele TEmennye WEwe) ... Mbok Ijah giginya bagus banget. Masih lengkap aja, padahal si Mbok dah tua, pasti perawatanya ok punya tuh, nyirih terus ye Mbok ?” Mas Bayu berkomentar dan tertawa kecil sambil menutupi mulutnya dengan sapu tangan yang ia pegang.


Rupanya Mas Bayu merasa minder dengan keadaanya, bila di bandingkan dengan Mbok Ijah Mas bayu jauh lebih muda dari Mbok Ijah, namun siapa sangka ternyata di balik tampang Mas Bayu yang jauh dari tampan dan hampir dekat dengan manis, dia memiliki kekurangan yang sangat mencolok, yaitu bagian depan gigi Mas Bayu ada yang sudah tanggal.


“Ya iyalah Mas Bay, nyirihnya pake daun ganja pula” dengan seketika Tata menutup mulutnya sendiri, ia baru sadar kalau ia baru saja membocorkan rahasia besar Mbok Ijah. Mbok Ijah hanya terdiam pura-pura cuek, sementara Vivin menyikut lengan Tata.


Spontan saja Mas Bayu tersentak kaget, mangga muda yang masuk ke mulutnya hampir tesembur keluar, kalau saja tanganya tidak berjaga di depan mulut gawang.


“Hah?? apaaaaaaa Nyirih pake daun ganja ?” Mas bayu mengulang ucapan Tata. Dan ketiga wanita penghuni rumah Pak Totok menganggukan kepala mereka secara serentak.


“Ini namanya melanggar hukum, itu bukan nyirih tapi ngganja !. Kalian paham?!” kini gaya Mas Bayu sudah seperti Polisi yang sedang mengintrogasi.


Tanpa sadar Mas bayu lupa menutupi mulutnya, maka spontan saja ketiga wanita yang berada di hadapanya tak kuasa menahan tawa lantaran melihat gigi Mas Bayu yang berjendela. Menurut cerita sih, Mas Bayu kehilangan giginya karna pernah nyungsep* ke selokan gara gara vespanya disrondol* nenek-nenek.


“Huwakakaka.. jendelanya Mas.. kliatan!” Suara Tata spontan saja terlepas. Serta merta Mas Bayu sadar lalu ia menutupi mulut dengan sapu tangannya dan kembali berceramah.


“Yee.. bukannya Ganja sudah di legalakan Mas ? gakpapa kan kalau tujuannya buat penyedap sayuran atau obat? Lagian ya Mas, Mbok Ijah ini kalau nyirih memang selalu pakai daun ganja, dia gak suka kalau nyirih pake daun sirih. Dan satu hal yang kudu wajib mesti Mas Bayu ketahui, Mbok Ijah itu kalau sehari saja tidak nyirih pake daun ganja dia bisa klosotan di dapur dah kayak kucing keracunan!” Vivin menjelaskan perkara kelakuan Mbok Ijah dengan seksama pada Mas Bayu.


“Oooo … gitu ya ?, aneh sekali” Mas Bayu tampak bingung, dan kebingunganya tampak jelas karena jidat pria dengan kacamata setebal pantat botol kecap, berkerut-kerut seperti pantat ayam mau bertelur.


“Mas … Mas Bayu bisa Bantu Mbok Ijah belajar ngaji gak ?” Vivin mencoba mengalihkan pembicaraan, ia tak mau kalau Mas Bayu terlalu banyak tanya dari mana Mbok Ijah bisa mendapatkan daun-daun ganja itu.


“Ngaji? saya ngajar Mbok Ijah ngaji ?” Mas Bayu tampak ragu.


“Iya ..Mas Bayu” Tata mencoba meyakinkan Mas bayu.


“Enggak ah, saya takut, abis Mbok Ijah mainannya ganja kayak preman aja! Ngomong-ngomong
Mbok Ijah dulunya preman ya ?” Tanya Mas Bayu sambil mencoel mangga muda yang di pegangnya ke sambel rujak buatan Mbok Ijah.


“Ya … engga toh Mas, si Mbok nih mantan sinden beken, biar gini-gini si Mbok juga mantan pacarnya pejuang Indonesia, dan yang harus Mas Bayu catet biar si Mbok suka nyirih pake daun ganja, tapi saya baik hati, dan lemah lembut” Mbok Ijah mulai angkat bicara, sejak Tata keceplosan soal kebiasaannya. Mbok Ijah jadi takut, kalau-kalau Mas Bayu akan menyeretnya ke kantor polisi.


“Ooohh … gitu ya, terus kenapa Mbok Ijah lebih suka nyirih pake daun ganja ketimbang daun sirih” Tanya Mas Bayu penasaran.


“Ya suka aja, rasanya lebih nampol dan bisa bikin fly” jawab Mbok Ijah dengan tenang sambil memperagakan gaya burung terbang.


“Wkakakkakakaka …. “ Tata, Vivin dan Mas Bayu tertawa serempak.


“Ok .. saya mau-mau saja mengajarkan Mbok Ijah ngaji tapi dengan syarat Mbok Ijah gak boleh nyirih pake daun ganja lagi” Mas Bayu mencoba mengajukan syarat yang harus di penuhi oleh Mbok Ijah.


Tata dan Vivin saling adu pandang, lalu menatap wajah Mbok Ijah yang tampak kaget karena persyaratan yang di ajukan cukup berat baginya.


“Gini nih Mas.. dulu tuh pernah ya Mas, Mbok Ijah kehabisan ganja, terus dia coba nyirih pake daun sirih. Mas bayu tau gak apa yang terjadi sama Mbok Ijah?” Tata menghentikan pembicaraanya, ia menenggak air minum karena kepedasan.


“Apa … apa yang terjadi?” Mas Bayu makin penasaran.


“Si Mbok langsung mabok, muntah-muntah, buang-buang air pokoknya gak karuan deh!jalan aja dari lorong dapur sampe ke kamarnya waduh... dia gak sanggup, Mbok Ijah cuman mampu ngesot” Tata menceritakan kejadian beberapa bulan yang lalu.


“Iya .. bener” Mbok Ijah mengamini omongan Tata


“Nah .. kalau sudah begitu Mas gue sama Tata deh yang kebingungan” Vivin ikutan mengenang kejadian itu.


“Oooo gitu ya ?, emang kalau daun ganjanya di ganti pake daun singkong gak bisa ? Kan sama tuh bentuknya” Mas Bayu garuk-garuk kepala


“Bentuk hampir sama tapikan beda rasa dan khasiatnya Mas Bayu!” Mbok Ijah nyengir kuda.


“Iya betul Mas, bentuk sama beda rasa. Dulu juga Tata pernah usul gitu, tapi setelah di coba si Mbok malah sakau” Vivin kembali menjelaskan pada Mas Bayu, tampaknya pria ini agak lemot pemikiranya dari tadi gak paham-paham sama kebiasaanya Mbok Ijah.


“Bisa gak Mas ?” Mbok Ijah harap-harap cemas, sudah lama sekali dia ingin belajar mengaji.


“Duh dilema nih” jawab Mas Bayu lirih


“Akh.. kelamaan nih..! iya aja deh Mas.. mang klo ngeganja gak boleh belajar ngaji? Lagian klo Mbok Ijah tetep nyirih pake ganja itu membantu ingatan-ingatan tentang pelajaran yang Mas Bayu kasih!” Tata memindah posisi dan pindah disebelah Mas Bayu.


Tata mendengar rumor, Mas Bayu tipe cowok yang mudah luluh bila di dekati seorang wanita, baik itu wanita yang masih balita, anak-anak, remaja, dewasa bahkan nenek sekalipun, pokoknya wanitalah yang mampu membuat sosok seorang Mas Bayu klepek-klepek seperti ikan kekurangan air.


“Duh ... makin dilema saya. Emang kalian gak bisa ngajarin Mbok Ijah ngaji ?” Mas Bayu menatap Tata dan Vivin, sepertinya Mas Bayu curiga jangan-jangan Tata dan Vivin juga gak bisa ngaji.


“Nah .. itu dia Mas, Mbok Ijah gak mau kalau ngajinya di ajarin sama cewek, sebenarnya gue ma Tata mah bisa-bisa aja kalau cuma sekedar ngajar Iqro” Vivin menuangkan air ke dalam gelas Mas Bayu.


“Makasih Vin” Mas Bayu menenggak minumnya sampai habis, sepertinya dia kepedesan karena sambel rujak yang Mbok Ijah buat pake cabe rawit merah semua.


“Tapi kenapa kalian pilih saya” Mas Bayu tampak ke GRan


“Tadinya saya dah nawarin ke Mbok Ijah supaya dia belajar ngaji sama Ustad Dedi, tapi Mbok Ijah gak mau, dia bilang Ustad Dedi terlalu tampan dan mempesona, nanti si Mbok malah gak konsen belajarnya. Makanya gue dan Tata memutuskan untuk memilih Mas Bayu, karena Mas Bayu bukan seleranya Mbok Ijah.


Mbok Ijah hanya tersipu malu, sementara Tata cekikikan karena melihat tampang Mas bayu yang manyun karena ia merasa sudah di lecehkan oleh seorang Mbok Ijah


“Maaf Mas, saya gak ada maksud menghina, tapi memang seperti itu selera saya” Mbok Ijah merasa tak enak hati pada Mas Bayu.


“Gimana minat gak? bayarannya lumayan loh, Mas Bayu juga bisa tidur sama kita-kita” Tata mulai menggoda Mas Bayu.


“Nah lho Ta.. lu ngajak tidur bareng kasur lu aja kecil? Mana Muat jeng..! Huwahahahaha..” Vivin mengingatkan Tata yang sudah kelewatan menggoda Mas Bayu.


“Becanda mas.. wah jangan diseriusin.. tapi diiyain juga gpp.” kali ini Tata mulai mengedipkan mata sebelah ke pada Mas Bayu.


“Mas ngajar ngaji, ibadah juga kan” Vivin ikutan menghasut


“Mau belajar Iqro ? mau seminggu berapa kali ?” Mas Bayu tampak mulai setuju


“Iya Mas” jawab Mbok Ijah dengan senyum yang merekah


“Mau tiap hari apa ngajinya? Setiap malam jumat aja ya?!” Mas Bayu mencoba memberi masukan


“Jangan …! jangan malam Jumat. Malam Jumat itu jadwalnya Mas Andi ngapelin gue. Ngajinya tiap malam minggu aja” Jawab Vivin menolak usulan Mas Bayu.


“Aneh ,… ngapel kok malam Jumat, masa kamu pacarannya malam Jumat sih Vin ?” Mas Bayu kembali bingung dengan kebiasaan-kebiasaan penghuni kostan pak Totok


“Iya .. Mas Bay .. soalnya kalau malam Jumat gak banyak setan, orang-orang banyak yang Yasinan, jadi dengan gitu Neng Vivin dan Mas Andi pacaranya aman” Jawab Mbok Ijah yang sudah hapal betul dengan jadwal kencan Vivin.


“Ok deh kalau, seminggu sekali tiap malam minggu ya?” Mas Bayu mencoba memastikan kembali.


“Ok !” jawab Mbok Ijah gmbira.


“Seep !!” jawab Vivin sambil mengajungkan ibu jarinya


“Yup !!!” Jawab Tata seraya mengerlingkan matanya sekali lagi kearah Mas bayu.


“Ok .. sep .. yup .. Deal !! tapi satu syarat yang mesti kalian penuhi, dan ini gak bisa bilang tidak, kalian harus memenuhi pernyaratan yang satu ini” Mas Bayu bicara dengan serius.


“Persyaratan apa ?!” jawab Vivin, Tata dan Mbok Ijah serempak.


“Begini, saya minta sebelum saya mulai mengajar, tolong putarkan lagunya joe satriani yang judulnya flying in the blue dream. Bisa kan ?” Mas Bayu cengar-cengir memamerkan giginya yang ompong satu.


“Gila lo Mas, gue kira lu cuma doyan nasyid, eh ternyata mainan lu metal juga” Vivin yang selama ini menyangka Mas Bayu adalah seorang pria yang cupu, dan kini spontan saja Vivin langsung terheran-heran.


“Ok Mas .. tenang aja nanti semuanya kita siapin, soal lagu metal itu, biar nanti aku pinjamin sama temanku di kampus” Tata menyanggupi persyaratan yang di ajukan Mas Bayu


Sore ini suasana teras rumah kost milik Pak Totok lebih ceria, karena ketiga wanita penghuninya sedang asik berbincang dengan pria yang orang tuanya cukup disegani di komplek ini. Dan Mbok Ijah pun tampak sumringah karena Mas Bayu bersedia mengajarinya mengaji. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya antara Mbok Ijah, Mas Bayu Tata dan Vivin setelah ini.

Label: ,

 
posted by Duet Imoet at 04.02 | Permalink | 0 comments
Sabtu, 07 Juli 2007
Jerawat Tata

Pagi itu, Vivin tidak ada acara keluar rumah, dia berniat membantu Mbok Ijah untuk merapikan rumah. Sementara Tata pagi-pagi tadi sudah berangkat ke kampus, mau ketemu dosen katanya.


“Mbok Ijah .. ngapain berdiri di depan begitu? Pagi-pagi kok udah mejeng” Vivin mulai menggoda Mbok Ijah. Pagi ini Mbok Ijah tampak berbeda dengan mengenakan kebaya jadul bermotif kembang-kembang dan kain batik yang di lilitkan di pinggangnya. Mbok Ijah tampak anggun.


“Ah ... neng Vivin, ngaur saja, si Mbok lagi nunggu Bang Mamad” kepala Mbok Ijah celingak-celinguk mencari sosok pria yang setiap paginya mendorong gerobak sayuran.



“Pagi yang cukup membosankan! Tata sudah berangkat ke kampus pula, akh... jadi gak ada yang bisa di ajak berantem.” gumam Vivin dalam hati.

********


“Vivin .. aku minta tolong dong !” Tata menyodorkan beberapa brosur ke depan muka Vivin. Dengan agak malas Vivin membuka dan membaca brosur-brosur yang di sodorkan Tata.


“Jerawat ?! Neh brosur kok isinya promosi obat jerawat sih?” Vivin kembali membulak-balik brosur-brosur milik Tata.



Tata berlalu dari hadapan Vivin, mengambil handuk kecilnya yang bergambar snopy lalu masuk kekamar mandi, sepertinya hendak cuci muka.


“Masak apa Mbok hari ini ?” sekeluarnya dari kamar mandi Tata segera membuka tudung saji yang ada di meja makan.



“Si Mbok masak balado ikan teri campur kacang neng” Mbok Ijah menjawab sambil terus sibuk merapikan dapur.


“Yaaaaa … masa Cuma ini si Mbok, aduuhh !! mana ada kacangnya lagi” Tata merengek, lagaknya udah kayak orang kaya.


“Eh .. Ta, masih untuk hari ini kita masih punya lauk, nyadar gak lu, ini kan tanggal tua kita lom dapet kiriman” Vivin menjelasakan sok bijak, sementara Mbok Ijah hanya manggut-manggut seperti keju parut.


“Yaudah deh, aku makan pake krupuk aja” Tata mengambil uang dari kantong celananya, lalu meminta Mbok Ijah untuk membelikan kerupuk di warung depan.


Mulai saat ini Tata tidak akan makan makanan yang ada kacangnya, karena ia takut kalau nanti jerawat yang ada di pipinya akan menjalar. Vivin mulai mengacuhkan brosur-brosur yang di bawa Tata tadi, dia lebih memilih berkutat dengan remote TV dan mencari acara kegemarannya.


*******


“Vin … Dokter kulit yang bagus di mana ya ?” Tanya Tata di sela-sela kesibukanya mengisi TTS. Sementara Vivin masih asik berSMS ria dengan pujaan hatinya, yaitu Mas Andi.


“Dokter kulit ? buat apa ? lu mau oprasi kulit biar jadi putih, Ta?” Tanya Vivin dengan ekspresi muka yang datar


“Yeeeeeee .. kamu Vin, menghina kulitku terus, biar hitam tapikan manis”


“Iya … iya .. lu emang hitam manis Ta, kayak dodol Betawi” Vivin tertawa puas. Sementara Tata kembali sibuk dengan brosur-brosur obat jerawat yang ia dapat saat jalan-jalan ke Mall tadi siang.



“Vin … aku risih sama jerawatku nih, kamu waktu jerawatan pake obat apa Vin? “ Tata mulai bertanya dengan serius


“Gak pake apa-apa, gue diemin aja” Vivin memang paling anti dengan cream yang di gunakan untuk wajah, dia takut kalau cream-cream itu malah akan membuat wajahnya makin ancur. Jadi saat jerawatan, Vivin lebih memilih untuk mendiamkanya saja, paling Cuma rutin cuci muka aja. Vivin paling males ke dokter, udah bayarnya mahal, nanti pasti dapet banyak pantangan, gak boleh makan ini, makan itu ,,, huuuhh !!.


“Neng Tata jerawatan ya ?, si Mbok tahu obat jerawat yang ampuh” Tiba-tiba Mbok Ijah nimbrung dalam obrolan Tata dan Vivin.


Dengan sigap Tata langsung menghampiri Mbok Ijah yang sedang menjahit sarung batal milik Tata “Apa nama obatnya Mbok ?, kasih tau aku dong” Tata merengek manja.


“Nama obatnya ANTABUR neng Tata” Mbok Ijah dan Vivin saling adu pandang lalu tertawa terbahak-bahak.


“Hah ….??!! obat apa tuh, dari Arab ya?? beli dimana?? hayo.. kok kalian pada ngakak. itu obat khusus jerawat onta ya??” Tata merasa asing dengan nama obat itu. Mbok ijah dan vivin tetap aja senyam-senyum melihat tampang Tata yang mulai kelihatan o'onnya.


“Woi.... Mbokkkk Vinnnnnnnnnn! Obat apaan tuh?? obat sakti ya?? dari dukun?? atoo ..?” Tata makin penasaran.


“Hehehehe... coba aja cari di kamus atau lu browsing di Internet Ta..! pasti ada!” pipi Vivin menggembung mengempis menahan tawa.


“Iya neng pasti ada” tambah Mbok Ijah sambil nyengir kuda.


Tata semakin bertambah keki mukanya membulat, matanya berputar-putar berpikir.


“Cara pakenya gimana tuh?” tanya Tata, dengan tampang serius dan masih tetap penasaran


“Oh.. gampang! cuma tinggal di usapkan di wajah yang berjerawat trus diamkan sampai kering.kayak pake masker deh pokoknya. Tapi ada syaratnya!


“Apaan syaratnya?” Tata tampak jauh lebih serius


“Jangan nafas” Vivin menjawab dengan gaya yang gak kalah seriusnya dengan Tata


“Apa ?!! .. jangan nafas? Bisa mati dong aku Vin” mata Tata yang bulat dan indah makin membesar.


“Hehehehehe...! kan ANTABUR itu singkatan dari ANcuran TAi BURung! Huwaakakaka...! kan bauu Ta..!” Mbok Ijah dan Vivin tergelak sampai terguling kebelakang kursi.


“Hah.. dasarr semprullllllllll aku sumpahin kalian jerawatan segedhe gajahh..! sial deh..! nihh penyakit jerawat benerann ehh .. kalian malah becanda!” suara Tata semakin menggelegar menghantam kaca jendela dan daun pintu yang mulai reyot.


“Lagian napa sih lu Ta? gak biasa-biasanya ribut ama jerawat?” tanya Vivin penasaran.


“Senin depan ada calon gebetan datang Vin. kalo liat keadaan wajahku yang gak berbentuk gini. Aduh bisa gagal maningg … gagal maning dapat pacar!”jelasnya dengan tampang melas.


Tata memang paling anti sama yang namanya jerawat, bisa di bilang mungkin ini jerawat pertama yang tumbuh di wajah Tata yang hitam manis itu. Sebab itu Tata belingsatan, setiap hari ditangannya memegang kaca untuk mengamati pertumbuhan jerawatnya. Tidak biasanya wajah Tata ditumbuhin jerawat, itu gara gara produk kecantikan untuk memutihkan kulit yang dicobanya. Wajahnya yang biasanya hitam manis tapi mulus itu satu persatu kini mulai ditumbuhi jerawat.


“Gimana dong Vin?” pasrah sekali ia menatap wajahnya yang berbintil-bintil seperti kutil itu.


*******

Keesokannya Tata bangun pagi lalu sibuk membersihkan muka. Beberapa hari ini kesibukannya hanya berkaca, ia tak peduli pada TTS kesayangannya. Kemana-mana ia memegang kaca kecil untuk melihat perkembangan si jerawat. Selain itu ia sibuk membolak balik majalah untuk mencari info bagaimana menghambat perkembangan jerawat.


Mulai dari mengoles dengan salep jerawat, kemudian menjemur mukanya diatas uap air, bahkan kali ini ia mencoba mengoleskan mukanya dengan air soda. Ia mendapat saran dari teman satu kampusnya. Vivin terbengong-bengong dengan cara Tata yang satu itu. Tapi Vivin diam saja dan membiarkan Tata melakukan apa saja sesuka hatinya.


“Mbok.. liat deh! si Tata makin aneh aja tuh, masa' air soda di buat cuci muka? Dapat saran dari mana lagi dia? Hehehe..!” Vivin pun mulai sering bergosip dengan Mbok ijah.


“Iya ya neng.. biarain aja deh neng ntar kalo sudah agak waras juga kembali cuek.” Mbo Ijah cekikikan sambil menutup mulutnya dengan telapak tanganya, seraya menutupi gigi depanya yang ompong karena copot kemarin siang.


“Mbok....! waslap unguku mana?” terdengar suara Tata yang keras dan melengking memanggil Mbok Ijah yang sedang asik bergosip dengan Vivin


Buru buru mbok ijah menghampiri Tata, ternyata Tata putus asa. Sebotol air soda tumpah di depan kaca riasnya. Saking jengkelnya mukanya yang berjerawat itu semakin tak karuan saja.


“Sabar neng.. klo memang cowok yang bakal jadi gebetan neng Tata itu baek, gak bakal deh peduli ama jerawat neng!” Mbok Ijah berusaha menenangkan hati Tata yang mulai gundah gulana.


“Hiks.. hiks.. sebel deh.. kenapa nih jerawat dateng pada waktu yang gak tepat ya Mbok?,” Tata mulai terisak sambil memeluk Mbok Ijah yang bau asap dapur.


“Udah neng sabar aja tuh jerawat jangan dipeduliin ntar juga pergi sendiri”


“Iya ta.. santai aja, ntar tuh jerawat malah makin keenakan di mukalu” Vivin akhirnya menyusul kekamar Tata untuk menghibur hati Tata yang sedang sedih.


“Iya… ya..! ya udah kalo gitu kalian semuaa buruan keluar... keluarrrrrrrrrrrrrrr..! tiba-tiba Tata mengusiar Mbok Ijah dan Vivin dari kamarnya.


Kebiasaan Tata mulai lagi, dengan cepat sekali Tata bisa berubah pikiran tanpa diduga sebentar nangis sebentar tertawa setelah itu marah-marah..


Tanpa dikomando Mbok Ijah yang kaget dan Vivin yang sudah makfumm dengan kebiasaan Tata langsung menghambur keluar


“Vin... aku pergi dulu ya.. duaggghhhh!” secepat kilat Tata sudah keluar dari kamar dengan pakaian rapi.


“Mo kmana lu? Jangan bunuh diri ya! Ntar gue gak ada temen di sini.” Teriak Vivin sambil mengawasi Tata yang keluar dengan muka ceria seperti biasanya.


“Enggak..! aku cuma mo keluar sebentar, seharian mukaku lom kena matahari” jawab Tata sambil berlalu dari hadapan Vivin.


“Trus kok rapi amat??” Vivin bertanya dengan maksud menyelidik.


“Iyah ..Vin di ujung jalan sana tukang somaynya ganteng banget, udah ah pergi dulu ya“ Tata pun berlalu dengan cueknya. Vivin dan Mbok ijah hanya saling pandang dan berbagi senyum.


*****


Saat Tata keluar rumah, dia berpapasan dengan seorang ibu-ibu yang menggendong anaknya, tanpa di duga ..tiba-tiba anak tersebut teriak histeris, sang ibu yang kebingungan ...langsung sibuk mendiamkan anaknya, namun sang anak terus teriak dan menangis “tatuut ma ..tatut” teriak sang anak sambil menunjuk Tata.


“Eh ..mbak kamu jangan kurang ajar ya ..nakut-nakutin anak saya!” bentak si Ibu, sementara Tata hanya melongo.


“Sa ..saya gak nakut-nakutin kok Bu” Tata panik karena sang anak makin keras menangis


“Gak nakut-nakutin gimana? itu coba liat mukanya Mbak... klo mo keluar rumah .. topengnya lepas dulu donk!” sang ibu semakin sewot suaranya seperti motor ngepot.


Tanpa basa-basi ...Tata langsung kembali masuk ke dalam kostan sambil teriak, “ini mukaku asli... bukan topeeng !! ... dasar jerawat rese'!!!” Tata menangis sejadi-jadinya.


Sementara Mbok Ijah dan Vivin hanya cengengesan di depan kamar tata.

Label:

 
posted by Duet Imoet at 02.57 | Permalink | 0 comments