Jumat, 29 Juni 2007
PINDAH KOST ??!!??!?
“Aduh Vin.. kabar buruk … kabar buruk!”. Tata datang dengan tergopoh-gopoh entah ada berita apa sampai dia seperti itu.

“Mimpi buruk Vin ini mimpi buruk.. aduh gimana dong?” masih dengan nada yang tinggi dia berbicara.

“Apa sih? Siang-siang gini teriak-teriak, udah mirip orang utan aja kamu Ta! Untung aja tidak aku siram teh ini ke muka kamu” Aku jadi tergesa-gesa pula menyelesaikan seruputan terakhir es teh manis ini, takut kalau Tata menyeruputnya tanpa sisa.

Siang yang tenang tanpa kegiatan berarti hanya duduk-duduk menikmati snack kentang kegemaranku dan ditemani segelas es teh manis. Tata datang dengan rambut kusut baju berantakan sudah seperti orang kalah perang dia.
“Sepertinya ada hal penting, tapi ada apa ya?” Aku bertanya-tanya dalam hati.

“Vin…. Dengerin dong! taruh dulu es tehmu aku gak bakal ambil deh..! aach … kamu keterlaluan banget sih gak tau temen lagi bingung. Kamu malah enak-enakan duduk sambil ngemil, dah mirip kaya orang kebanyakan duit aja! Ini menyangkut kelangsungan hidup kita! Penting nih penting..!” muka Tata serius sekali siang ini.

“Ada apa? … ada apa?? Kamu kalau mau ngomong diatur dong, pelan-pelan awas nanti nafasmu putus tengah jalan gimana?” Aku berusaha menenangkannya. Muka Tata yang manis berubah masam siang ini, entah karena terik matahari atau karena ada masalah yang tersimpan dibalik wajah mulusnya itu.

Aaacch … rusak sudah siang yang nyaman, kuletakkan snack yang berada dipangkuanku dan beralih pada Tata. Rumah kost selalu tenang kalau Tata tidak ada ditempat. Rumah kost yang tenang tanpa omelan-omelan bapak atau ibu kost layaknya tempat kost yang lain. Singkatnya ini rumah kost yang paling nyaman yang pernah aku tempati. Rumah Kost ini sudah seperti rumah sendiri karena aku dan Tata bisa bebas sekehendak hati tanpa adanya penjaga rumah. Paling mbok Ijah yang selalu sigap membereskan ruang- ruang rumah selain kamarku dan Tata.

“Gawat nih Vin…gawat.. pokoknya gawat….! gajah mangan kawat aduh piye iki ngomongnya !” makin gak jelas aja si Tata ngomongnya. Ah … anak ini dari awal kenal sampai sekarang tidak pernah belajar mengatur tata bahasa yang mudah dipahami.

“Heh sundel bolong, kuntilanak, Indonesia pliss…!” aku memperingatkan.

“Gini loh Vin.. tadi bapak kost nelpon waktu aku ada kelas, dia nyuruh kita cari tempat kost lain!” Tata memulai menjelaskan duduk perkaranya, sambil tergeletak duduk di lantai.

“Katanya kalo enggak pindah, kita bakal ikut kejual, Eh maksudnya rumahnya mau dijual! Gimana… gimana…? mo pindah kemana? mo cari kost yang bisa ngebon 3 bulan, dimana lagi? kostan yang nyaman, murah kayak disini dimana lagi?” muka Tata berubah ungu muda kehijau-hijauan, seperti warna favoritnya.

“Aduh bentar-bentar… kayaknya kita perlu konfirmasi dengan empunya kostan dan kalo sudah pasti… baruu deh… kita bikin konspirasi”, aku jadi ikut kaget mendengar berita ini. Hingga pelajaran-pelajaran politik yang biasa aku dengar di televisi terucap juga. Pantas saja tega-teganya Tata datang merusak siangku. Benar benar mimpi buruk.

*************

“Gimana Ta.. udah dapat kabar dari Pak Totok?” Aku mulai pembicaraan yang kronis ini. Dari kemarin sejak berita itu diturunkan kami berdua kebingungan hingga tak dapat lagi becanda seperti biasanya.

Setiap hari sudah seperti orang kehilangan nyawa, pulang ke rumah dengan muka ditekuk, setiap malam berdzikir tidak henti-hentinya. Hanya berharap keputusan pak Totok empunya kostan berubah dan batal menjual rumah ini. Andai saja kost kostan ini dihuni banyak perempuan pasti banyak kepala yang bakal ikut berpikir.

Televisi berwarna 14 inch dengan acara lawak muka kampung tidak mampu lagi memberi hiburan. TTS kegemarannyapun tidak bias menampung kesedihannya biasanya dia sabar kalau sudah utak atik TTS. Sekarang kalau tidak bisa jawab dia ngomel ngomel seperti mau makan orang saja, pake tendang tendang meja, jambak-jambak rambut, dan teriak-teriak sendiri.

“Ta .. kayaknya ada hal lain yang sedang kamu pikirin ya ?” aku memperhatikan gelagat Tata yang semakin aneh.

“Aku dipanggil pulang Vin… aku kemarin telpon emak dikampung dan minta tambahan uang kiriman. Aku sih cerita kalau aku diusir dari kost! Bukannya dikasih ehh malah diceramahin trus disuruh pulang? Bapak gak mbolehin ngekost, aku disuruh pindah ketempat mas Wahyu. Kalau gak mau, aku disuruh pulang..!” Tata tiba-tiba berbicara dengan mata hampir berkaca-kaca.

Mas wahyu adalah sodara sepupunya yang tinggal di kota ini. Dia pernah cerita kalau punya sodara cuma Tata gak mau tinggal disana soalnya mas Wahyu orangnya cerewet jahat, budhe dan pakdenya baik cuman terlalu kolot. Makanya Tata lebih memilih ngekost dari pada tinggal sama sodaranya itu. Dan satu hal yang membuat sepupunya itu cerewet adalah suara motor Tata yang bising, yang tidak jauh beda dengan suara mesin bajaj.

“Ta.. kita kan gak diusir cuman disuruh pindah.. kalau memang benar disuruh pindah, ya berarti kan itu lebih baik, jadi kita masih dikasih waktu buat mencari tempat baru! Beda Ta kalau diusir. Kalo diusir, hari ini juga kita pergi tanpa punya kesempatan! Ah … kamu Ta.. kan kasian keluarga dikampung! Bikin berita tuh yang ati-ati.. kalau salah persepsi bisa bikin nyawa melayang?” aku menjelaskan.


“Ooo… gitu ya, ehm … kalau gitu kita gak perlu pindah dong dari sini..! ya udah gak usah mikir pindah kost kan kita gak diusir ! betulkan Vin…!”. Tiba-tiba mata Tata berubah lebih cerah. Senyumanyapun mengembang, nah … kalau sedang senyum seperti ini Tata terlihat lebih manis. Kalau aku bukan wanita, mungkin sudah ku pacari si tata .. hehehe ..

“Nah… kumat deh o’onnya..! ah.. tau deh Ta…. Sekali-skali pinteran dikit kek..! masa suasana lagi genting begini tuh otak masih aja gak dipake..!” umpatku pada Tata. Ya .. begini deh, sekalinya punya temen manis, cantik, seksi tapi rada tulalit.

*********
“Ta, hari ini kamu ada kuliah gak ?” Tata masih asik dengan sarapan roti tawar tanpa selainya, dan tak lupa TTSnya yang belum selesai diisi semalam juga turut menemaninya sarapan.

“Engga Vin, hari ini aku gak ada kuliah, tapi nanti siang aku mau ke toko buku.” Tata tetap fokus pada TTSnya.

“Lalu .. kapan kamu tanya pak Totok, mengenai masalah ini? Soalnya kudu segera dapat berita pasti…!” aku bertanya lagi pada Tata.

“Belum Vin, pak Totok belum telpon lagi” Tata terus mengunyah habis roti tawar tanpa selai kegemaranya.


“Eh .. iyaVin, pak Totok kan rumahnya jauh, terus kenapa kita gak Tanya mbok Ijah aja sih? yang ada disini, pastinya dia sudah dikasih tau juga pak Totok?” Kali ini Tata berkata benar wah ternyata otaknya mulai berfungsi. Akhirnya aku lega satu-satunya teman satu atapku bisa diajak berpikir.

“Okey .. terus mana mbo Ijahnya, biar langsung kita Tanya aja ke dia”. Aku celingukan mencari sosok wanita tua yang biasa berada di dapur.

Mbok Ijah itu pembantu di rumah kost ini, selain dia sigap dan cekatan, mbok Ijah juga baik hati dan penyabar menghadapi ulah kami yang suka rada aneh. Satu hal yang menarik dari mbo Ijah selain kebaya dengan motif kembang-kembangnya, dia juga hoby menyanyikan tembang-tembang Jawa. Konon dulunya mbo Ijah adalah pesinden di kampungnya. Tapi karena orang tua mbok Ijah kurang suka dengan pekerjaan mbo Ijah sebagai pesinden, maka mbok Ijahpun pergi merantau ke Jakarta. Dan bertemulah dengan aku dan Tata.

“Mbok Ijah lagi ke pasar Vin, sudah sana kamu berangkat aja, biar nanti aku yang tanya sama mbo Ijah”. Tata bebicara seperti orang bijak saja seolah-olah semua masalah akan beres di tanganya.

**********
Beberapa hari belakangan ini cuaca di Jakarta panas sekali, dan kalau seperti ini paling asik duduk-duduk sambil makan snack di halaman belakang kostanku. Atau tidur di kamar sambil menyalakan kipas angin.

“Suasana rumah sepi sekali, si Tata kemana ya ?”, bisikku dalam hati, tiap sudut, tiap sela sudah aku telusuri, tapi tidak ku temukan juga sosok jangkung yang cantik dan seksi itu.

“Viiinn …. Aku di sini, perutku sakit banget, tunggu ya” Ah … ternyata Tata lagi di dalam kamar mandi.

Sambil menunggu Tata keluar dari tempat persembunyianya, aku duduk di depan TV sambil mengunyah snack kesukaanku dan tak lupa es teh manis dengan ukuran gelas yang cukup besar.

“Vin … Tadi aku sudah Tanya sama mbo Ijah, mengenai masalah ini” Tata memutus pembicaraanya, membuatku penasaran saja.

“Lalu apa kata mbo Ijah Ta.. ?” aku semakin penasaran saja di buatnya. Aku letakan es teh manis di meja, aku singkirkan dulu snack kesukaanku. Dan mulai menyimak Tata dengan tampang harap-harap cemas.

“Hehehe … anu Vin … eemmm.. gini lhoo vin.. anu.. pak Totok!” Tata mendekatiku seperti anak kucing yang minta di manja.

“Tata … kamu kenapa sih .. di Tanya malah anu .. anu.. anu Pak Totok?? jangan ngomong jorok gitu dong” Aku mulai tidak sabar. Tata beranjak menuju kulkas, mukanya merah seperti ikan yang kekurangan air.

“Vin .. ternyata aku salah tanggap, ternyata maksud pak Totok itu, bukanya kita di suruh pindah dari kostan ini, tapi pak Totok menyuruhku pindah kamar, dari lantai atas ke lantai bawah, karena pak Totok bilang kamar yang sekarang aku tempati mau di pakai sama keponakanya yang dari Surabaya. he..he..he…” Tata menjelaskan semuanya dengan muka cengengesan.

Spontan saja aku langsung melemparkan bantal yang ada di sofa ke arahnya, dan tepat mengenai wajah cantiknya.
“Aseeeemmm … kowe Vin, ngelempar pake bantal! Sakitt tau… nih kepalaku lagi bisulan tau..!!”

“Kamu yang Asem Ta, makanya lain kali kalau belum jelas sama informasi yang kamu dapat, jangan koar-koar dulu, kayak orang kebakaran jenggot aja” Aku mengalihkan pandanganku ke TV.

“hehehhe … sory deh Vin, aku memang salah, kamu jangan manyun gitu dong Vin. Jangan marah ya. Neh aku beliin cokelat kesukaanmu”. Rupanya Tata menyogokku dengan sebatang cokelat kesukaanku.

Aku menatap paras cantik, manis nan seksi namun o’on yang berada di hadapanku. Ku ambil coklat yang Tata sodorkan kepadaku. Hari hari menegangkan sudah lewat dan berakhir. Dasar Tata, gatal kalo gak bikin perkara selalu aja bikin hidup jadi gak tenang. Tapi aku suka bersahabat dengannya walaupun tukang nebeng, lemot, o’on, tukang bikin onar tapi dia teman terbaik yang pernah aku kenal. Akhirnya akupun tersenyum dan menawarkan es teh manis miliku, dan tanpa segan-segan Tata menyeruputnya tanpa sisa.


10Mei2007

Label:

 
posted by Duet Imoet at 20.30 | Permalink |


0 Comments: