Jumat, 21 September 2007
Pak Mahmud yang Malang

"Aduh... panas banget sih Vin!" udara siang ini memang begitu panas. ini pasti imbas dari global warming. Tata yang baru saja pulang dari bengkel langsung ngomel gak jelas.


Hari ini memasuki puasa ke- 8, Mbok Ijah semakin getol saja berburu resep masakan. Tata seperti biasanya menghabiskan waktu dengan mengutak-atik TTS. Puasa begini tinggal Vivin yang tidak ada kegiatan, karna kebiasaan ngemil kripik singkong harus tertahan sementara. Dan jadwal kencannya dengan Mas Andi juga harus di kurangi.


“Ta.. enaknya ngapaian ya? duh dikampus lom ada kegiatan, di rumah gak ada kegiatan." sekarang gantian Vivin ngomel gak jelas.


Maklum ketiga manusia centil itu sudah kehabisan ide mengisi bulan puasanya. Hari sebelumnya Tata, Vivin, dan Mbok ijah sempat berjualan es cendol, es buah sampai es teler di depan kostan. tapi akhirnya tutup karna bangkrut. Modal gak pernah balik. si Tata dan Vivin selalu mentraktir teman temannya kalau datang ke warung mereka. walhasil Mbok Ijah nggondok dan gak mau lagi bantu jualan dan buatin es.


Awal-awal puasa kali ini Tata dan Vivin memang belum mempunyai kegiatan, SANLAT yang di koordinatori oleh mereka baru akan di mulai pertengahan puasa nanti, dan jadwal kesibukan kampus juga mulai aktif pertengahan puasa juga. Namun Tata dan Vivin menjalani penuh dengan kehusyu'an, begitupun Mbok Ijah yang selalu setia menemani. Mereka Sahur bersama, berbuka puasa bersama, sampai sholat Tarawih bersama, dan kegiatan rutin mengaji bersama Mas Bayu juga tetap berjalan.

******

“Ta ... siapa tuh yang duduk di depan pagar kostan kita?” tanya Vivin saat mereka berdua pulang sholat tarawih.


“Iya .. ya .. siapa ya, kok kayaknya asing deh, aku gak pernah liat orang itu sebelumnya” Tata dan Vivin mempercepat langkahnya, perasaan mereka agak sedikit tak enak, curiga juga takut kalau-kalau lelaki yang duduk di depan gerbang kostannya adalah orang jahat.


Sesampainya di depan gerbang kostan, Tata dan Vivin saling adu pandang, ternyata pria yang duduk di depan gerbang kostan mereka adalah seorang Bapak tua, kalau di perkirakan usianya tak jauh beda dengan Mbok Ijah.


“Bangunin aja Vin! Menghalangi jalan nih, kita kan mo masuk ke dalem” Bisik Tata ke telinga Vivin.


“Iya .. tapi harus sopan banguninnya, ini orang tua tau!” Vivin mendekati Bapak tua itu, dengan hati-hati dia membangunkanya, sementara Tata tetap berdiri di belakang Vivin sambil bersiap siaga, maklum saja meski Tata orang yang cuek tapi dia mempunyai sifat yang selalu barhati-hati dan tidak mau gegabah, semua yang akan di lakukanya di pikirkannya dengan matang, meski tak jarang hasil dari pemikiranya hanyalah nol besar ... hehhehhehe.


“Pak .. Pak .. bangun Pak !” Vivin mulai membangunkan Bapak tua itu, dan ternyata agak susah membangunkan Bapak tua itu. Suara Vivin yang cemprengpun tak cukup jitu untuk membangunkanya. Vivin yang agak sedikit tempramen mulai kesal, karena Bapak tua itu tak juga bangun.


“Pak .. Pak .. bangun donk Pak!” nada suara Vivin makin tinggi, sementara Tata hanya berdiri sambil cengar-cengir melihat tingkah Vivin yang mulai senewen.



Dengan sedikit mengguncangkan badannya dan sedikit berteriak di dekat telinga bapak tua itu, akhirnya bapak tua itu bangun. Vivin dan Tata tersenyum ramah memandangnya.


“Aduhh .. maaf Mbak saya ketiduran” Bapak tua itu segera bangkit dan berdiri namun agak sempoyongan, mungkin karena ia kaget karena dibangunkan oleh dua orang gadis imut. Hehehh


“Bapak siapa? Kenapa tidur di sini?” Tanya Tata penasaran


“Saya … saya Mahmud. anu Mbak, maaf saya kecape'an jadi sembarang tidur saja.” Jawab Bapak tua itu sambil merapikan kain sarungnya yang tadi ia gunakan untuk alas tidurnya.


Kasihan sekali Pak Mahmud, beliau menceritakan bagaimana kisahnya hingga beliau berada di depan pintu pagar kostan. Rupanya dia sedang dalam perjalanan mencari keluarganya di kota ini. Tapi setibanya beliau disini ternyata keluarganya sudah pindah kontrakan. Dan sekarang beliau kehabisan bekal buat pulang dan membeli makanan. Terpaksa ia menggelandang sembari mencari rumah keluarganya.


Karena Tata dan Vivin adalah gadis-gadis yang ramah, baik hati serta suka menolong, maka tanpa ragu dan curiga Tata dan Vivin mengajak Bapak tua itu masuk ke kostan mereka. Dan dengan seketika wajah Bapak tua itu terlihat sumringah, senyumnya mengembang dari bibirnya yang keriput.


“Assalamualaikum … Mbok Ijah … Mbok !” teriak Tata dan Vivin bersamaan. Mbok Ijah memang sudah pulang dari tadi. Belum sampai teraweh selesai Mbok Ijah sudah pulang katanya perutnya sakit.


“Waalaikumsalam …. Iya sebentar” Jawab Mbok Ijah dari dalam rumah dengan menjinjing jaritnya, ia datang tergopoh-gopoh membukakan pintu.



Wajah Mbok Ijah langsung berubah seratus delapan puluh derajat waktu melihat wajah dekil milik Pak Mahmud.



"Eh.. sapa nih neng? kok di suruh masuk?" tanya Mbok Ijah penasaran.

Tatapan Mbok Ijah menyelidik dari ujung rambut, ubun ubun, sampai telapak kaki. Pak Mahmud yang sadar sedang diamati jadi salah tingkah, keringat dingin mengucur dari dahinya, berdirinya jadi sempoyongan. Lagak Pak Mahmud sudah seperti pemuda pemalu yang sedang diawasi seorang perempuan cantik.


*********


"Eh Vin... Pak Mahmud diapain ya enaknya?" Tata bertanya pada Vivin setelah buntu ia berpikir sendiri. akhirnya dibukalah diskusi hari ini. Sudah 3 hari Pak Mahmud tinggal di kostan tanpa sepengetahuan pak Totok. Mbok Ijah mulai bertanya pada Vivin dan Tata bagaimana nasib Pak Mahmud kalau Pak Totok tahu dia tinggal di sini.


"Mang mo lu apain Ta..? ya udah biarin aja! Tapi... iya ya kasian juga dia disini kerjaannya gak jelas. jadi tukang kebon, kita gak punya kebon. jadi supir kita gak punya mobil. jadi pembantu, kita dah punya Mbok Ijah. trus dikasih tugas apa ya Pak mahmud?" Mata vivin yang kecil lincah berputar putar.


"Grombyang... klunthang.. eh...eh... pak... haduh....!"konsentrasi Tata dan Vivin jadi buyar lantaran mendengar suara ribut Mbok Ijah. Di belakang ternyata Mbok Ijah dan Pak Mahmud sedang berdebat soal membuat kandang ayam. mereka berdua tampak kompak. Sebenarnya sudah lama sekali Mbok Ijah ingin punya kandang ayam dan dengan keberadaan Pak Mahmud kali ini, maka tercapailah keinginan Mbok Ijah.


"Ada apaan tuh dibelakang Ta.. brisik sekali..!" tanya Vivin kaget. ia langsung melongok kebelakang takut ada sesuatu hal terjadi.


"Halah udah biarin aja..!Eh .. fokus dong, biarin aja Mbok Ijah sama Pak Mahmud asik di belakang. Sekarang ayo mikir lagi Vin" Tata tampak serius memikirkan masalah ini, Tata cukup khawatir kalau nanti Pak Totok tahu soal ini. Mereka bisa jadi diusir dari kostan, mau cari kemana kostan yang nyamanya bukan main seperti di kostan milik Pak Totok ini.


"Tumben lu Ta serius banget, hehheheh ... Iya nih gue juga bingung enaknya digimanain tuh Pak Mahmud. Mana di kota ini dia gak punya keluarga lagi" Tata dan Vivin mulai asik bermain dengan pikirannya masing-masing.


Pak Mahmud memang terlihat sebagai orang baik baik, Tata dan Vivin percaya itu sejak pada pandangan pertama. Tapi bagaimanapun juga dia adalah orang asing di rumah itu. Vivin dan Tata tidak bisa seenaknya memasukkan orang lain tanpa sepengetahuan pemilik rumah. itu berarti Pak Mahmud tidak bisa tinggal terlalu lama di kostan. Sudah pasti para tetangga nakal menjadikan Tata dan Vivin bulan bulanan mereka. Apalagi tetangga yang suka usil dan syirik pada keimutan dua perempuan ini.


Minggu depan Tata dan Vivin juga akan disibukkan dengan kegiatan yang akan membuat mereka jarang dirumah. dan itu berarti mereka akan meninggalkan Mbok Ijah dan Pak Mahmud berdua saja dirumah. Ya ... meskipun mereka berdua sudah tua, tapi yang namanya setan tetap saja bakal mengganggu, kan gak lucu kalau nantinya Mbok Ijah MBA. Wakakakka...


"Ta .. gimana kalau kita minta saran sama Mas Bayu" kali ini Vivin menunjuk Mas Bayu untuk persoalan yang mereka hadapi, berhubung Mas Bayu adalah guru ngajinya Mbok Ijah dan secara otomatis Tata maupun Vivin mulai akrab dengan Mas Bayu.


"Mas Bayu...? kok Mas Bayu sih Vin?? kenapa kita gak ngomong aja sama Pak Totok, sapa tau aja waktu itu udel*nya pak Totok lagi bolong jadi dia ngijinin Pak Mahmud tinggal disini. he..he..he.." Tata mulai mengusulkan sesuatu yang mustahil terjadi.


Dulu Pak Totok pernah bilang ini kostan khusus wanita, jadi yang namanya pejantan, batangan, laki laki cowok, pria atau apalah namanya, haram hukumnya tinggal di kostan itu.


"Dudulzz... lu gimana sih Ta..! lu gak inget larangan pak Totok? kita tanya Mas Bayu aja! siapa tau dia bisa bantuin kita nyari solusi." sembur Vivin.

Kepala mereka pusing memikirkan masalah yang satu ini. Di satu sisi Vivin dan Tata kasihan melihat Pak Mahmud terlantar, tapi dia juga bingung kalau nanti ketahuan Pak Totok.

********

Hari sabtu sore, seperti biasa Mas Bayu datang dengan baju koko yang super wangi. kegiatan rutin Mas Bayu mengajar mengaji Mbok ijah selama bulan puasa memang dimajukan jamnya. Acara belajar Ngaji dimulai jam 3 sore.


"Assalamuallaikum...!" suara merdu Mas Bayu merubah aura rumah yang suram menjadi terang dan sejuk.


"Sssssstt....! gedebuk... sreetttt...! eeuupss..!" Tata yang bertugas menyeret Mas Bayu ke dalam kamar bergerak dengan sigap. Belum sempat Mas Bayu berteriak, Tata sudah sigap menarik paksa Mas Bayu ke dalam kamar.


Acara sekap menyekap Mas Bayu dimulai. Dikamar depan, Vivin sudah siap dengan posisi tubuh yang menantang. Mas Bayu dipojokkan di kamar dengan jendela dan pintu kamar yang ditutup rapat. (woi.. ini bulan puasa Vin.. Ta.. sadar..!) Adegan ini rupanya tidak perlu disensor. Mereka berdua tidak bermaksud jahil pada Mas Bayu, mereka hanya ingin meminta saran untuk masalah yang sedang mereka hadapi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan dari telinga Mbok Ijah dan Pak Mahmud juga menyelamatkan diri dari bisik bisik tetangga yang usil. Mas Bayu yang ketakutan untungnya bersikap pasrah dan rela diapaapain oleh dua makhluk imut. Memang dasarnya Mas Bayu yang nyonyo*.


"Astaugfirullah... Vivin.. Tata... mau minta saran aja pake' maen bekep gini. Mas Bayu kan jadi kaget..!" akhinya Mas Bayu bersuara setelah dilepas bungkaman dimulutnya.


Vivin Dan Tata cengar cengir gak jelas. Melihat korbannya kebingungan, akhirnya mereka menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Dengan tampang yang sok serius Mas Bayu mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Vivin dan Tata.


"Gini aja Vin.. Ta.. Mas Bayu sih gak ada solusi buat masalah ini. Mas Bayu cuman ada kerjaan buat Pak Mahmud biar dia gak nganggur. Musolah yang Mas Bayu kelola butuh penjaga sekaligus yang bisa membersihkan. Gimana??" ucapan Mas Bayu rupanya memberi angin segar pada Vivin dan Tata.


Senyum Vivin dan Tata langsung mengembang. Hilang sudah satu kekhawatiran, Pak Mahmud akhirnya punya satu kegiatan. sekaang tinggal memikirkan dimana Pak Mahmud bisa tinggal sementara waktu. Sampai dia bisa bertemu dengan keluarganya kembali.


"Trus .. Pak Mahmud tidurnya di mana Mas ?" Vivin kembali memastikan soal tempat tinggal Pak Mahmud


"Ya ... tidur disini aja, kalau siang sampe malam biar Pak Mahmud tinggal di mushola jadi marbot di sana, nah kalau malam Pak Mahmud balik ke kostan kalian" Mas mencoba memberi saran yang terbaik.


"Yeeeee ... Mas Bayu gimana sih?!, kalau Pak Mahmud tetap tidur disini mah sama aja boong. Nanti kalau salah satu dari kita dihamili sama Pak Mahmud gimana ?" Tata memprotes ide Mas Bayu, lengkap dengan manyun manjanya


"Wakakakkakakka... mang masih bisa Ta? " Vivin tertawa mendengar ucapan Tata barusan, sementara Mas Bayu cuma cengar cengir sambil menutupi gigi depanya yang masih tetap ompong.


"Ya .. sudah begini saja, biar Pak Mahmud tinggal di mushola saja, ya itung-itung sambil jagain kotak amal yang ada di mushola." Akhirnya Mas Bayu benar-benar memberi titik terang untuk Tata dan Vivin. Dan sekarang tinggal tugas Tata dan Vivin menyampaikan soal ini kepada Pak Mahmud.


Akhirnya untuk kesekian kalinya Tata dan Vivin mampu menyelesaikan masalahnya, dan kali ini Mas Bayu yang membantu mereka.


"Sudah selesaikan urusannya? Saya mau keluar, gak enak lama-lama di sekap dalam kamar seperti ini, kalau bukan bulan puasa saya sih mau saja disekap sama kalian berdua" Mas Bayu merapikan pakaiannya yang berantakan karena di tarik-tarik oleh Tata dan Vivin sambil senyum senyum kecil menampakkan giginya yang hilang.


"Wakakakkaka .... gak janji deh Mas, kalau bukan karena persoalan ini gak bakal kita nyekap Mas Bayu kayak gini" Tata tertawa terbahak menyaksikan kePeDean Mas Bayu


"Hahahha .. Iya Mas, ngaco aja deh lo Mas. Eh .. iya tapi makasih banget ya Mas dah bantu gue ma Tata, sebagai Imbalanya Mas Bayu boleh buka puasa di sini deh, kebetulan hari ini Mbok Ijah punya menu buka puasa yang Maknyoos."


Sore itu Tata dan Vivin meneruskan kerjaan Mbok Ijah menyiapkan buka puasa. Lalu Mas Bayu kembali melaksanakan tugasnya sebagai guru ngaji Mbok Ijah. sementara Pak Mahmud masih asik di halaman belakang menyelesaikan kandang ayam milik Mbok Ijah. Dan habis buka puasa bersama nanti Tata dan Vivin akan menyampaikan semuanya pada Pak Mahmud, dan semoga saja Pak Mahmud tidak tersinggung dan bisa mengerti keadaan Tata dan Vivin. Amieeen


*******
udel : pusar
nyonyo : doyan





Label:

 
posted by Duet Imoet at 00.26 | Permalink |


0 Comments: