Jumat, 27 Juli 2007
Mas Bayu Guru Ngaji

Siang ini udara sangat panas sekali, kebetulan penghuni kostan milik Pak Totok sedang berada di rumah. Tata dan Vivin sedang asik duduk di teras depan menikmati panas dengan bergaya sok berjemur di pinggir pantai, lengkap dengan kacamata hitam dan kain bali. Bedanya mereka berdua gak pakai bikini.


“Neng Tata, Neng Vivin ... Si Mbok bikin rujak nih, kita ngerujak sama-sama yuk” Mbok Ijah muncul dari dalam rumah sambil mambawa baskom kecil serta cobek yang berisi sambal rujak.


“Mbok Ijah tau aja yang kita mau..! ya gak Vin” Tata melirik Vivin seraya mengerlingkan matanya yang bulat dan indah.


“Ho oh,” jawab Vivin singkat. Vivin mulai asik dengan rujak buah dan sambal rujakan hasil olahan tangan keriput Mbok Ijah


“Tin ... tin...” terdengar suara klakson vespa milik Mas Bayu yang tak lain adalah anaknya Pak RT yang tinggal tak jauh dari kostan yang di huni Tata dan Vivin.


“Mas Bayu... woi...!” suara teriakan Tata menghentikan langkah Mas Bayu yang hendak membuka pintu pagarnya. Lalu dengan sigap Mas Bayu menghampiri dua perempuan imut dan satu perempuan mantan imut.


“Wah lagi pesta ya? Seru amat? Berdua aja neh!” Tanyanya sambil tangannya bergerilya mengambil irisan mangga muda.


“Enggak mas... berame rame..! dah tau ada Mbok Ijah, dia kok ndak diitung?” Tata yang sedang kepedasan menjadi sewot melihat tingkah Mas Bayu yang asal comot.


“Lagi pada ngapain neh, tumben pada ngumpul di teras” Mas Bayu mencoba berbasa-basi, tapi sayang basa-basinya lagu lama, dah tau ketiga cewek penghuni rumah Pak Totok sedang asik rujakan, pake pura-pura tanya segala.


“Mas.. klo nyoba'in rujaknya Mbok Ijah baca Bismillah dulu. Jangan asal comot gitu. Ntar kena pelet baru rasa lu..!” Vivin mulai Jail. Sementara Mbok Ijah hanya cengar-cengir seraya memamerkan giginya yang putih bersih, rapih dan belum ada satupun yang tanggal.


“Iya .. Vin makasih dah diingetin. Bismillahhirohmannirohim” Mas Bayu pun mencoba menyicipi rujak buah buatan Mbok Ijah. Vivin, Tata dan Mbok Ijah cekikikan melihat wajah Mas Bayu yang sok serius itu.


“Be te we (BrEkele TEmennye WEwe) ... Mbok Ijah giginya bagus banget. Masih lengkap aja, padahal si Mbok dah tua, pasti perawatanya ok punya tuh, nyirih terus ye Mbok ?” Mas Bayu berkomentar dan tertawa kecil sambil menutupi mulutnya dengan sapu tangan yang ia pegang.


Rupanya Mas Bayu merasa minder dengan keadaanya, bila di bandingkan dengan Mbok Ijah Mas bayu jauh lebih muda dari Mbok Ijah, namun siapa sangka ternyata di balik tampang Mas Bayu yang jauh dari tampan dan hampir dekat dengan manis, dia memiliki kekurangan yang sangat mencolok, yaitu bagian depan gigi Mas Bayu ada yang sudah tanggal.


“Ya iyalah Mas Bay, nyirihnya pake daun ganja pula” dengan seketika Tata menutup mulutnya sendiri, ia baru sadar kalau ia baru saja membocorkan rahasia besar Mbok Ijah. Mbok Ijah hanya terdiam pura-pura cuek, sementara Vivin menyikut lengan Tata.


Spontan saja Mas Bayu tersentak kaget, mangga muda yang masuk ke mulutnya hampir tesembur keluar, kalau saja tanganya tidak berjaga di depan mulut gawang.


“Hah?? apaaaaaaa Nyirih pake daun ganja ?” Mas bayu mengulang ucapan Tata. Dan ketiga wanita penghuni rumah Pak Totok menganggukan kepala mereka secara serentak.


“Ini namanya melanggar hukum, itu bukan nyirih tapi ngganja !. Kalian paham?!” kini gaya Mas Bayu sudah seperti Polisi yang sedang mengintrogasi.


Tanpa sadar Mas bayu lupa menutupi mulutnya, maka spontan saja ketiga wanita yang berada di hadapanya tak kuasa menahan tawa lantaran melihat gigi Mas Bayu yang berjendela. Menurut cerita sih, Mas Bayu kehilangan giginya karna pernah nyungsep* ke selokan gara gara vespanya disrondol* nenek-nenek.


“Huwakakaka.. jendelanya Mas.. kliatan!” Suara Tata spontan saja terlepas. Serta merta Mas Bayu sadar lalu ia menutupi mulut dengan sapu tangannya dan kembali berceramah.


“Yee.. bukannya Ganja sudah di legalakan Mas ? gakpapa kan kalau tujuannya buat penyedap sayuran atau obat? Lagian ya Mas, Mbok Ijah ini kalau nyirih memang selalu pakai daun ganja, dia gak suka kalau nyirih pake daun sirih. Dan satu hal yang kudu wajib mesti Mas Bayu ketahui, Mbok Ijah itu kalau sehari saja tidak nyirih pake daun ganja dia bisa klosotan di dapur dah kayak kucing keracunan!” Vivin menjelaskan perkara kelakuan Mbok Ijah dengan seksama pada Mas Bayu.


“Oooo … gitu ya ?, aneh sekali” Mas Bayu tampak bingung, dan kebingunganya tampak jelas karena jidat pria dengan kacamata setebal pantat botol kecap, berkerut-kerut seperti pantat ayam mau bertelur.


“Mas … Mas Bayu bisa Bantu Mbok Ijah belajar ngaji gak ?” Vivin mencoba mengalihkan pembicaraan, ia tak mau kalau Mas Bayu terlalu banyak tanya dari mana Mbok Ijah bisa mendapatkan daun-daun ganja itu.


“Ngaji? saya ngajar Mbok Ijah ngaji ?” Mas Bayu tampak ragu.


“Iya ..Mas Bayu” Tata mencoba meyakinkan Mas bayu.


“Enggak ah, saya takut, abis Mbok Ijah mainannya ganja kayak preman aja! Ngomong-ngomong
Mbok Ijah dulunya preman ya ?” Tanya Mas Bayu sambil mencoel mangga muda yang di pegangnya ke sambel rujak buatan Mbok Ijah.


“Ya … engga toh Mas, si Mbok nih mantan sinden beken, biar gini-gini si Mbok juga mantan pacarnya pejuang Indonesia, dan yang harus Mas Bayu catet biar si Mbok suka nyirih pake daun ganja, tapi saya baik hati, dan lemah lembut” Mbok Ijah mulai angkat bicara, sejak Tata keceplosan soal kebiasaannya. Mbok Ijah jadi takut, kalau-kalau Mas Bayu akan menyeretnya ke kantor polisi.


“Ooohh … gitu ya, terus kenapa Mbok Ijah lebih suka nyirih pake daun ganja ketimbang daun sirih” Tanya Mas Bayu penasaran.


“Ya suka aja, rasanya lebih nampol dan bisa bikin fly” jawab Mbok Ijah dengan tenang sambil memperagakan gaya burung terbang.


“Wkakakkakakaka …. “ Tata, Vivin dan Mas Bayu tertawa serempak.


“Ok .. saya mau-mau saja mengajarkan Mbok Ijah ngaji tapi dengan syarat Mbok Ijah gak boleh nyirih pake daun ganja lagi” Mas Bayu mencoba mengajukan syarat yang harus di penuhi oleh Mbok Ijah.


Tata dan Vivin saling adu pandang, lalu menatap wajah Mbok Ijah yang tampak kaget karena persyaratan yang di ajukan cukup berat baginya.


“Gini nih Mas.. dulu tuh pernah ya Mas, Mbok Ijah kehabisan ganja, terus dia coba nyirih pake daun sirih. Mas bayu tau gak apa yang terjadi sama Mbok Ijah?” Tata menghentikan pembicaraanya, ia menenggak air minum karena kepedasan.


“Apa … apa yang terjadi?” Mas Bayu makin penasaran.


“Si Mbok langsung mabok, muntah-muntah, buang-buang air pokoknya gak karuan deh!jalan aja dari lorong dapur sampe ke kamarnya waduh... dia gak sanggup, Mbok Ijah cuman mampu ngesot” Tata menceritakan kejadian beberapa bulan yang lalu.


“Iya .. bener” Mbok Ijah mengamini omongan Tata


“Nah .. kalau sudah begitu Mas gue sama Tata deh yang kebingungan” Vivin ikutan mengenang kejadian itu.


“Oooo gitu ya ?, emang kalau daun ganjanya di ganti pake daun singkong gak bisa ? Kan sama tuh bentuknya” Mas Bayu garuk-garuk kepala


“Bentuk hampir sama tapikan beda rasa dan khasiatnya Mas Bayu!” Mbok Ijah nyengir kuda.


“Iya betul Mas, bentuk sama beda rasa. Dulu juga Tata pernah usul gitu, tapi setelah di coba si Mbok malah sakau” Vivin kembali menjelaskan pada Mas Bayu, tampaknya pria ini agak lemot pemikiranya dari tadi gak paham-paham sama kebiasaanya Mbok Ijah.


“Bisa gak Mas ?” Mbok Ijah harap-harap cemas, sudah lama sekali dia ingin belajar mengaji.


“Duh dilema nih” jawab Mas Bayu lirih


“Akh.. kelamaan nih..! iya aja deh Mas.. mang klo ngeganja gak boleh belajar ngaji? Lagian klo Mbok Ijah tetep nyirih pake ganja itu membantu ingatan-ingatan tentang pelajaran yang Mas Bayu kasih!” Tata memindah posisi dan pindah disebelah Mas Bayu.


Tata mendengar rumor, Mas Bayu tipe cowok yang mudah luluh bila di dekati seorang wanita, baik itu wanita yang masih balita, anak-anak, remaja, dewasa bahkan nenek sekalipun, pokoknya wanitalah yang mampu membuat sosok seorang Mas Bayu klepek-klepek seperti ikan kekurangan air.


“Duh ... makin dilema saya. Emang kalian gak bisa ngajarin Mbok Ijah ngaji ?” Mas Bayu menatap Tata dan Vivin, sepertinya Mas Bayu curiga jangan-jangan Tata dan Vivin juga gak bisa ngaji.


“Nah .. itu dia Mas, Mbok Ijah gak mau kalau ngajinya di ajarin sama cewek, sebenarnya gue ma Tata mah bisa-bisa aja kalau cuma sekedar ngajar Iqro” Vivin menuangkan air ke dalam gelas Mas Bayu.


“Makasih Vin” Mas Bayu menenggak minumnya sampai habis, sepertinya dia kepedesan karena sambel rujak yang Mbok Ijah buat pake cabe rawit merah semua.


“Tapi kenapa kalian pilih saya” Mas Bayu tampak ke GRan


“Tadinya saya dah nawarin ke Mbok Ijah supaya dia belajar ngaji sama Ustad Dedi, tapi Mbok Ijah gak mau, dia bilang Ustad Dedi terlalu tampan dan mempesona, nanti si Mbok malah gak konsen belajarnya. Makanya gue dan Tata memutuskan untuk memilih Mas Bayu, karena Mas Bayu bukan seleranya Mbok Ijah.


Mbok Ijah hanya tersipu malu, sementara Tata cekikikan karena melihat tampang Mas bayu yang manyun karena ia merasa sudah di lecehkan oleh seorang Mbok Ijah


“Maaf Mas, saya gak ada maksud menghina, tapi memang seperti itu selera saya” Mbok Ijah merasa tak enak hati pada Mas Bayu.


“Gimana minat gak? bayarannya lumayan loh, Mas Bayu juga bisa tidur sama kita-kita” Tata mulai menggoda Mas Bayu.


“Nah lho Ta.. lu ngajak tidur bareng kasur lu aja kecil? Mana Muat jeng..! Huwahahahaha..” Vivin mengingatkan Tata yang sudah kelewatan menggoda Mas Bayu.


“Becanda mas.. wah jangan diseriusin.. tapi diiyain juga gpp.” kali ini Tata mulai mengedipkan mata sebelah ke pada Mas Bayu.


“Mas ngajar ngaji, ibadah juga kan” Vivin ikutan menghasut


“Mau belajar Iqro ? mau seminggu berapa kali ?” Mas Bayu tampak mulai setuju


“Iya Mas” jawab Mbok Ijah dengan senyum yang merekah


“Mau tiap hari apa ngajinya? Setiap malam jumat aja ya?!” Mas Bayu mencoba memberi masukan


“Jangan …! jangan malam Jumat. Malam Jumat itu jadwalnya Mas Andi ngapelin gue. Ngajinya tiap malam minggu aja” Jawab Vivin menolak usulan Mas Bayu.


“Aneh ,… ngapel kok malam Jumat, masa kamu pacarannya malam Jumat sih Vin ?” Mas Bayu kembali bingung dengan kebiasaan-kebiasaan penghuni kostan pak Totok


“Iya .. Mas Bay .. soalnya kalau malam Jumat gak banyak setan, orang-orang banyak yang Yasinan, jadi dengan gitu Neng Vivin dan Mas Andi pacaranya aman” Jawab Mbok Ijah yang sudah hapal betul dengan jadwal kencan Vivin.


“Ok deh kalau, seminggu sekali tiap malam minggu ya?” Mas Bayu mencoba memastikan kembali.


“Ok !” jawab Mbok Ijah gmbira.


“Seep !!” jawab Vivin sambil mengajungkan ibu jarinya


“Yup !!!” Jawab Tata seraya mengerlingkan matanya sekali lagi kearah Mas bayu.


“Ok .. sep .. yup .. Deal !! tapi satu syarat yang mesti kalian penuhi, dan ini gak bisa bilang tidak, kalian harus memenuhi pernyaratan yang satu ini” Mas Bayu bicara dengan serius.


“Persyaratan apa ?!” jawab Vivin, Tata dan Mbok Ijah serempak.


“Begini, saya minta sebelum saya mulai mengajar, tolong putarkan lagunya joe satriani yang judulnya flying in the blue dream. Bisa kan ?” Mas Bayu cengar-cengir memamerkan giginya yang ompong satu.


“Gila lo Mas, gue kira lu cuma doyan nasyid, eh ternyata mainan lu metal juga” Vivin yang selama ini menyangka Mas Bayu adalah seorang pria yang cupu, dan kini spontan saja Vivin langsung terheran-heran.


“Ok Mas .. tenang aja nanti semuanya kita siapin, soal lagu metal itu, biar nanti aku pinjamin sama temanku di kampus” Tata menyanggupi persyaratan yang di ajukan Mas Bayu


Sore ini suasana teras rumah kost milik Pak Totok lebih ceria, karena ketiga wanita penghuninya sedang asik berbincang dengan pria yang orang tuanya cukup disegani di komplek ini. Dan Mbok Ijah pun tampak sumringah karena Mas Bayu bersedia mengajarinya mengaji. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya antara Mbok Ijah, Mas Bayu Tata dan Vivin setelah ini.

Label: ,

 
posted by Duet Imoet at 04.02 | Permalink |


0 Comments: